Menjaga Sejarah Toegoenezen Tetap Hidup
Sejarah Toegoenezen berada pada titik penting. Kami (Lawrence Visbeen, Nicolette Nahafahik, Ernst Cornelies, dan Fony Kantil) sedang berupaya mewariskan kekayaan sejarah kami kepada generasi muda, terutama mereka yang lahir di Belanda. Hal ini mendesak karena generasi yang lahir di Hindia Belanda (Tugu), Nugini Belanda (Hollandia), dan Suriname (perkebunan Slootwijk) kini telah berusia 60 tahun ke atas. Selama mereka masih dapat berbagi pengetahuan, kami semua harus bekerja sama untuk menjaga sejarah ini tetap hidup.
Upaya Kami: Dari Kepingan Menjadi Keseluruhan
Kami sadar bahwa banyak bagian dari sejarah kami tersebar dalam artikel koran, majalah, dan buku. Namun, sering kali tidak ada gambaran yang terstruktur dan kronologis. Apa yang tersedia terkadang terasa terfragmentasi dan ditulis dari berbagai sudut pandang. Tujuan kami adalah menyatukan potongan-potongan ini untuk menceritakan kembali sejarah kami secara jelas dan menyeluruh.
Sebuah Buku Fakta Sedang Dikerjakan
Kami sedang menulis sebuah buku yang menggabungkan data historis dan genealogis dari keluarga-keluarga asli Toegoenezen. Buku ini tidak hanya akan menceritakan kisah komunitas yang terbentuk pada tahun 1950 di Nugini Belanda dan dibubarkan pada tahun 1967, tetapi juga keluarga-keluarga yang setelah 27 Desember 1949 memilih untuk tetap tinggal di Tugu (sebuah wilayah di Jakarta, Indonesia) dan menjadi warga negara Indonesia.
Kami memahami bahwa merangkum fakta-fakta terkadang sulit untuk dibaca, tetapi hal ini penting untuk memberikan gambaran sejarah yang benar. Selain buku fakta ini, kami berharap dapat menghasilkan publikasi naratif yang lebih menggambarkan kehidupan sosial dan budaya Toegoenezen.
Peran Kami dalam Meningkatkan Kesadaran
Sejak tahun 1992, kami berupaya meningkatkan kesadaran generasi muda akan asal-usul Toegoenezen mereka. Reuni memainkan peran besar dalam hal ini. Selama pertemuan ini, kami menggabungkan kebersamaan, dokumentasi dari arsip pribadi, dan ceramah singkat. Ini adalah momen penting untuk mentransfer pengetahuan. Kami akan terus berkomitmen untuk melestarikan warisan kami.
Harapan untuk Masa Depan
Kami berharap akan ada lebih banyak keturunan yang menunjukkan minat besar terhadap sejarah keluarga mereka. Ini memberi kami harapan. Bersama arsip pribadi yang kaya, dikelola oleh Ernst Cornelies, dan buku yang sedang dikerjakan, kami melihat peluang untuk memastikan sejarah kami terus hidup.
Toegoenezen dan Tugunezen: Perbedaannya
Kami dengan sengaja membedakan istilah “Toegoenezen” dan “Tugunezen.” Bagi kami, “Toegoenezen” mengacu pada periode sebelum penyerahan kedaulatan Hindia Belanda dan Nugini Belanda kepada Indonesia. “Tugunezen” kami gunakan untuk periode setelahnya. Perbedaan ini membantu kami untuk lebih memahami dan menjelaskan sejarah kami.
Masa Depan yang Kami Lihat
Masa depan sejarah kami ada di tangan generasi muda. Kami percaya bahwa dengan berbagi pengetahuan, menulis buku, dan mengadakan reuni, warisan sejarah kami yang kaya dapat terus hidup. Upaya kami, bersama dengan mereka yang peduli, memastikan bahwa kisah kami tidak hanya menjadi kenangan, tetapi juga menjadi jembatan hidup yang menghubungkan generasi.
Lawrence Visbeen, Nikki Nooit/Nicolette Nahafahik, Ernst Cornelies.
Musik: JAÉ (diucapkan sebagai djahe), Joke Abrahams Kampman, Arthur Kantil, Ernst Cornelies.